Melihat pin bintang dalam lingkaran di tangki bensin Thunder 125 milik Mochamad Daryanto, mengingatkan kita pada aparat penegak hukum di negara bagian Amerika Serikat. Para bandit menyebutnya Marshal alias polisi kota.
Otomatis yang namanya Marshal bukan cuma pintar en cekatan. Bodi berotot dan kekar juga jadi syarat lain. Apa mungkin kerempeng bisa jadi Marshal. Pastinya, bandit nggak bakal takut. Dari situ, ubahan kuda besi warga Jl. Gatot Subroto, Bandung ini diarahkan bergaya muscle bike.
"Pin itu aslinya sebagai penunjung tampilan. Sebab saya lihat, kayaknya bodi Thunder 125 masih bisa dibuat berotot dengan menambah sedikit variasi atau barang handmade. Tak perlu rombak abis," jujur bapak kelahiran 1966 ini.
Lalu untuk membangun bodi kekar, Daryanto tidak membawa Thunder 125 ke gym atau tempat khusus para binaraga memperbesar dan memperindah otot. Cukup di tangan modifikator GTS312, dalam tempo beberapa bulan bodi Thunder 125 berubah drastis dan tentunya tetap enak dikangkangi. Lihat pada pembentukan ulang tangki bensin, juga penambah cover sok atas dan cover jok handmade bagian belakang.
Semakin kekar lagi kalau lihat pemasangan engine cover, klakson Bosch serta penerapan komponen oil cooler tepat di belakang sepatbor depan. "Sayang pendingin oli belum bekerja maksimal. Tapi, biar kelihatan sempurna, dipasang regulator di tutup oli," lanjut Daryanto.
Di sektor kaki-kaki juga demikian. Meski andalkan sokbreker depan orisinal yang cuma ditambah kondom di bagian pipa atas, Daryanto yakin performanya tidak kedodoran menunjang bodi motor yang sudah berurat. Begitupula suspensi belakang ganda merek Kayo yang dipercaya masih mampu meredam kejut ketika melibas jalan kribo.
Handling makin mantap dikendalikan setang lebar punya TS125. Daaan, bandit pun dipastikan kabur.
Data modifikasi | |
Ban depan | IRC 90/90-17 |
Ban belakang | 130/70-18 |
Pelek | MD Aprilia |
Cakram depan | Laser Double |
Cakram belakang | New Smash |
Behel | New Smash |
Spion | Variasi |
Spidometer | Yamaha RX-King |
Lampu belakang | Sanex Hussar |
Sumber: M+ Online
Kesibukan Arie A. Waas dalam usaha tambak ikan jelas butuh tunggangan merangkap teman setia. Maksudnya motor yang sip di segala medan. Terlebih lokasi tambak ada di pinggir kota atau masih jarang dilapis aspal. Maka jalan terbaik adalah merombak Satria kesayangan bergaya trail.
Arie yang beken dipanggil Joost Waas itu, tampaknya tidak ingin rombakan dibuat sembarang orang. Kebetulan lihat hasil karya Ujang Abdul Wahid alias Kumis punggawa Pas Motor kerap muncul di Em-Plus. Warga Wawali, LK III, Ratahan, Sulawesi Utara ini ingin hasilnya mirip salah satu karya Kumis.
"Sebetulnya dia ingin mirip Suzuki Satria 120 gaya supermoto yang pernah muncul di MOTOR Plus. Tapi berhubung kondisi jalan di sana, saya arahkan agar tampilan mirip KTM 85. Kan basic Satria tidak sulit untuk dirakit macam itu," jelas modifikator dari Jl. Raya Pamulang, Ciputat, Tangerang.
Langkah awal yang jadi tumpuan tunggangan bebek bergaya trail agar kuat merombak sasis bagian depan. Kumis bilang, wajib ditambah pipa 1 ¼ inci yang ditarik dari komstir lalu dicabang ke rangka tengah. Katanya lagi, pipa itu dipercaya sebagai pegangan tangki, jok serta dudukan atas monosok belakang.
Nah, begitu sasis tambahan tadi siap dipakai buat dudukan tangki. Tak ayal tebeng depan, cover dan sepatbor belakang KTM 85 bisa ketemu semua posisinya. Motor pun tak tampak norak.
"Biar imbang, kaki depan pun saya pakai satu set sokbreker Suzuki RM125. Sementara peredam kejut tunggal Suzuki GSX400 dipercaya mendukung fungsi lengan asli yang dikondomi agar tampak tebal," aku Kumis yang jago soal bikin kondom dari pelat besi.
Lihat deh hasilnya.
DATA MODIFIKASI | |
CDI | BRT |
Koil | BRT |
Laher | Fag |
Setang | Renthal |
Lampu depan | Acerbis |
Spatbor depan | KTM 125 |
Ban | Kenda |
Bengkel mesin | Nobon Motor Sport |
Bambang Soni Harsono, juragan Custom World (CW) dari Purwokerto dapat tantangan dari dealer Suzuki Kamandaka. Suzuki Spin 125 ini mau dijadikan ajang promo dealer beralamat di Jl. Jenderal Soedirman, Kota Mendoan itu.
NPL (ndak pakai lama) sang juragan yang akrab disapa Soni ini pun langsung pilih konsep simpel dan minimalis. “Sempat bingung juga karena waktu yang dijadwal lumayan mefet. Dalam waktu kurang dari dua minggu harus sudah jadi,” buka Soni juragan variasi mangkal di Jl. Situmpur, No. 79.
Menurut Soni modifikasi di tahun babi alias 2007 ini memang lebih simpel dan minimalis. Pilihan warna juga terang seperti putih misalnya. “Termasuk konsep modif di skubek ini,” imbuh ayah dua anak ini.
Makanya hanya beberapa bagian yang mengalami ubahan. Semisal, kaki-kaki yang mengaplikasi ban gambot. Kemudian kelir pabrikan diganti putih susu dari Danaglos. Dipadu sentuhan smoke di lampu depan dan belakang.
Untuk lebih mempercantik tampilan skubek yang iklannya dibintangi Irvan Hakim dan Asmirandah ini, dop alias penutup pelek dibuat dari pelat aluminium yang dilapis stiker karbon. Bener-bener simple dan minimalis.
DATA MODIFIKASI | |
Ban depan | Swallow 100/70-14 |
Ban belakang | Swallow 110/80-14 |
Knalpot | Endurance |
Sok depan | Posh |
Sok Belakang | WP |
Kulit jok | Yoshimura |
Handel Rem | Yoshimura |
Sejak SD, Harry Widiayan sudah mimpi punya moge sporty. Akhirnya baru bisa dibeli setelah duduk di bangku kuliah. Lama amat, kacian deh lu. Eitss… bukan berarti Harry yang nggak pake Potter ini nebus satu unit moge sport asli. Namun Suzuki Thunder yang dibikin gendut.
Harry tidak perlu kasih banyak makan agar Thunder endut. Dia memanfaatkan olah kreasi Agus Dj, punggawa X-K Bike Design, Purwokerto, Jawa Tengah. Referensi datang dari Rosy Widiawan, kakak sepupunya di Puerto Rico.
Anehnya, konsep awal sporty langsung berubah menjadi streetfighter. "Kita pengin menyebarkan virus streetfighterdi tahun ini. Namun tetap sebelum melangkah harus musyawarah dulu dengan Harry yang punya motor," kompak Agus Dj, Wawang, Nevo dan Kang Ripto dari X-K Bike Design.
Aksi cangkok dilakukan mas Dj agar sang pemilik tambah percoyo. Kalau bicara basic-nya, sasis asli dari Thunder memang susah dimodif. Kalau mau maksimal harus potong sana sini.
Namanya juga mahasiwa eh mahasiswa, isi kantong jelas pas-pasan. Untuk menyesuaikan dana yang tipis, "Sok depan dilapis kondom pipa hitam 2 inci," jelas Agus Dj yang terapkan upside down tipuan. Namun hasilnya mirip asepdon? "Kalau beli yang asli uang jajanku kepotong banyak," jujur Harry yang baru masuk di Universitas Jenderal Soedirman itu.
Di bagian belakang Agus Dj cangkok swing-arm TZM150. Karena dimensi arm lumayan gede, efeknya kaki-kaki tambah kekar. Biar ndak terlalu melar, pengaplikasian ban Mizzle berukuran 90/80-17 di depan dan Delli Tire 130/70-17 dirasa pas di belakang. Serasi kan…?
Nah, sekarang tinggal desain bodi disesuaikan. Dj yang bukan disc jokey ini ogah pasang tangki terlalu besar. Penampung bensin dari Cagiva Raptor dikembangkan lagi ala X-K Design dengan fiberglass racikan Kang Ripto. "Tangki ini jadi acuan pembuatan panel lainnya," jelas modifikator langganan pakai celana pendek ini.
Mulai desain bodi belakang hingga sepatbor belakang lekukan searah tekstur wadah bensin. Begitupun sasis tubular yang dibuat dari pipa berdiamter 22,4 mm dan 16 mm. Bukan hanya tampilan tambah gagah, namun rangka semakin kokoh. Dan jangan salah bro, Agus Dj enggak sembarangan pilih pipa. Ini standar produk dari ISTW (Indonesian Standart Tube Work).
SETANG LEBAR CIRI SF |
Ciri khas SF alias streetfighter makin kentara dengan setang model trail lebar. Sebelumnya sempat dicoba setang model drag bar dari pipa 22,4 mm dengan panjang 80 cm. "Tapi tidak sesuai sama joki yang bertubuh kecil" imbuh builder bermarkas di bilangan Pasir Muncang, Purwokerto. |
DATA MODIFIKASI | |
Footstep | Racing One |
Lampu depan | Satria |
Setang | Renthal |
Tutup tangki | Ninja |
Cakram belakang | Satria |
X-K Bike Design | (0281) 621811 |
Dimas pandai memadukan dua aliran seni. Satu seni airbrush dan satu lagi seni musik yang kalau di Em-Plus biasa disebut Audio Bike. Bukan tanpa sebab, dulu katanya salah pilih aliran. “Akibatnya selalu kalah dalam contezt. Mending pindah kelas,” ungkap cowok yang punya nama lengkap Bernadus Sri Sayrendra Putra ini. Untuk itu dua ahli dipadukan. Untuk gambar dipercaya pada Potlot Planet Airbrush di Banyon, Pendowoharjo, Sewon, Bantul, Jogja. Sedang audio, lajang kelahiran Kulon Progo ini ngajak bengkel 54 Audio Design di Jl. Mangkuyudan, No. 54, Kota Gudeg itu.
Motif yang dipilih seram. “Diambil dari film bajak laut, Pirates of Carribean,” ujar Dimas yang masih sekolah di SMU Bopkri 1, kelas 2 ini. Sang bajak laut tentu makin senang setelah diiringi audio. Mereka melantunkan tembang bajak laut. Itu berkat kerjaan mas Gani, punggawa 54 Audio Design. Bass empuk didapat dari subwoofer 12 inci bikinan Kicker Comp. Sedang treble dan suara tengah halus keluar dari speaker Empire 6 inci sebanyak 2 buah. “Untuk power amplifier pakai Laser LA 6500 yang punya 4 kanal dan head unit Kenwood KR C479,” jelas instalatur yang punya nama lengkap Gani Cahya ini. Biar speaker duduk manis di jok belakang, dibuatkan tempat dari fiberglass model rudal. Tambah klop. TV LCD 7 inci nemplok di tebeng depan. “Masih dipadu kamera kecil dilampu depan, buat menarik penonton,” sambung Dimas. Motor membumi alias ceper bukan karena keberatan boks speaker yang dipasang di jok belakang. “Sengaja. Meski bebannya tambah, tapi tampilan jadi menarik. Kesannya gaul,” ucapnya. F4RD |
Ubahan terlalu ekstrem bikin orang sulit nebak. Dari basis motor apa ya? Nah, alasan ini juga yang dipakai Wahidin sebelum mendandani Suzuki Spin 125 miliknya. “Modifikasi cukup sederhana. Selain biaya nggak bengkak, ini juga buat istri sendiri,” ujar pemilik workshop Anggrek Hetro Custom Cycle di Petukangan Utara, Jakarta Barat.
Maka itu, tampilan skuter bebek pabrikan berlambang ‘S’ ini kelihatan minimalis. Meski begitu, Wahidin pun tetap ingin besutan bekas pacarnya tampil lebih manis. Akhirnya dicetuskan, ubah penampilan lewat permainan warna dan airbrush realis serta grafis. Terutama, paduan kelir gliter.
Walau warna yang digunakan berbeda antar tiap bagian, tapi dasarnya tetap satu. Yaitu, gliter silver. Nantinya, bagian yang ingin diberi warna lain, baru disemprot lewat spraygun.
Pakai metode ini, hasilnya pun lebih kinclong. Itu disebabkan permukaan gliter lebih rapat. Mirip kamera digital. “Makin besar kapasitasnya, foto pun enggak gampang pecah kalau dibesarkan,” bilang suami sekaligus ayah dua anak dari perempuan bernama Ety, ini.
Seperti yang sudah dibilang, paduan realis dan grafis juga dipancarkan skubek roda diameter 17 inci ini. Realisnya, diwakilkan gambar anggrek yang melekat di sekujur bodi. Sedang grafis, bisa dilihat mulai dari sepatbor depan hingga buritan.
Terakhir, biar terlihat lebih manis lagi. Pembalut, ups, maksudnya kain pelapis jok, diganti baru. Warna kalem dan centil pun digabungkan. Apalagi kalau bukan biru dan pink. Ih..., nggak kuat.
Data modifikasi | |
Ban depan/belakang | Comet 60/90X17 |
Pelek | Shakira |
Cakram depan | X Flame, Kitaco |
Cakram belakang | Posh, Brembo 4 piston |
Sok depan | Upside down Gaz’i |
Sok belakang | Gaz’i Hip Up |
Telepon modifikator | Anggrek Hetro Cycle (021) 68540111 |
Telepon airbrusher | FIM Paint & Brush |
Kisah berawal dari tiga sahabat yang sudah lama tidak bertemu semenjak lulus SMA tahun 1995. Yaitu; Feby Sumali, Ronald Pepe dan Ahmad Fauzi. Namun pertemuan kembali mereka terjadi secara tak sengaja pada 2006 ini.
Itu, lantaran Feby mencari sebuah tunggangan yang bisa dimodif. Karena tiga sahabat ini sejak dulu kerap bermain kuda besi, akhirnya Feby minta sumbang saran kepada dua sobatnya. Itu juga setelah susah payah mencari keberadaan duo sohibnya.
Setelah bertemu, "Mereka bilang, mending pakai Suzuki FXR aja. Soalnya, motor yang lainnya sudah pasaran," ujar Feby yang pilot Garuda Indonesia.
Motor sudah dibeli, pengembaraan berlanjut mencari builder yang mampu mewujudkan impian Feby. Yaitu, mengubah bentuk FXR150 jadi moge. Namun sayang, pada modifikasi pertama, impian itu pupus. Alias gatot (gagal total).
"Iya nih, gara-gara sarannya Ronald taruh motor di tempat orang salah," ujar Fauzi diiringi tawa besar sembari meledek kedua sahabatnya. Muka Ronald pun sedikit memerah karena ucapan itu.
Sudah, jangan saling menyalahkan bos! Mending lanjutin kisahnya. Oke, tidak puas dengan ubahan pertama, motor dirombak ulang. Kali ini, proyek diserahkan pada modifikator andal dari Berkat Motor, Ciledug, Tangerang. Siapa lagi kalau bukan Rudi Gunawan.
Tawaran menjadikan FXR150 jadi Yamaha R1 diterima tiga sahabat itu. Rekonstruksi rangka dan wajah pun mulai dilakukan. Namun, pekerjaan paling berat ada di rangka. "Itu karena harus bangun ulang. Konstruksi monosok awal salah, rangka jadi tertarik ke kiri," bilang Rudi.
Hanya dalam waktu satu bulan, motor berubah tampang. Ubahan yang memang diidamkan Feby, sekarang jadi kenyataan. "Nah, begini yang kita mau," ujar tiga orang sahabat itu serentak.
Oh begitu ceritanya?
Data Modifikasi | |
Kaki-kaki | Full Suzuki GSX400 |
Fairing | Yamaha R1 |
Lengan ayun | Honda CBR600 |
Tangki | Honda CBR600 |
Spidometer | Aprilia RS125 |
Bohong aja pengunjung yang rider junkie nggak menoleh saat menginjakan kaki di stan Suzuki di Jakarta Motorcycle Show 2006 (JMS). Menoleh kemana, Bro? Maksudnya nyimak Suzuki Thunder 125 ala enduro berjuluk Thunder Dakkar. Lokasinya pojokan sebelah kiri, nggak jauh dari motor konsep Suzuki Stratosphere.
Hasil akhirnya boleh juga. Bisa menyaingi produk masal pabrikan. Padahal ini modifikasi builder asal Garut bernama Susanto 'Yayang' Gunawan dari 909 Modification, Garut. Singgungan sang builder dengan PT Indomobil Niaga International tergolong unik. Mereka menyimak karya Yayang di beberapa contezt modif.
"Awalnya Suzuki senang lihat jarahan saya di Suzuki Spin 125 Modification Contezt, Bali beberapa waktu lalu. Nah pas ada JMS, ditantang membangun motor laki andalan mereka," jelas pria yang ditabok duit Rp 15 juta untuk modal.
Ia ogah ikut arus. "Pastilah kebanyakan berpikir membuat model sport full dressed-fairing atau streetfighter, tubular telanjang," katanya. Ia ingin membuat kejutan. "Saya tertarik model enduro sejati seperti trail untuk ride hard melintasi gurun. Itu lho, di event bergengsi Paris-Dakkar," ungkap pemilik dua bengkel di Ranggalawe, No. 36, Garut dan Jl. Cihampelas 187, Bandung ini.
Nggak heran doi punya arah. "Ya, basic kuring sendiri crosser. Ketertarikan customized juga pada model motor jangkung," ungkapnya. Buatnya, model enduro bakal jadi virus di tahu depan. "Sasis haram dipotong sana-sini seperti pada streetfigher apalagi chopper. Cuma konsen di beberapa komponen, terutama kaki-kaki," jelas sang builder.
Detail ala enduro bisa dijabarkan. Tangki asli dimodifikasi ulang. Aslinya Thunder yang serbabulat diubah menjadi agak menyiku dan pembesaran di kapasitas bensin. Bagian depan kena coak agar nggak mentok upside down yang dicomot dari variasi.
Untuk mengisi sektor tengah, 909 perlu menambahkan pipa ala jaring di back-bone yang terispirasi Ducati Monster. "Memang perlu untuk menambah otot di di antara mesin dan tangki. Motor jadi kokoh dan sesuai roh yang heavy duty," kata Yayang.
Agar sesuai tangki, jok juga dimodif. "Bagian belakang disasar lebih tinggi dan ergonomi boncenger dibuat nyaman dan nggak terganggu saddle bag kiri-kanan sumbangan Givi," kata builder yang sedang manggarap Thunder ol skool di karya selanjutnya ini. Tim 909 Modification harus jeli membuat behel belakang agar pas untuk saddle bagdan tetap estetis.
Sorotan sip lainnya kejelian 909 meramu komponen penunjang. Namanya pesanan Suzuki, semua bahan diambil dari merek ini. "Setang, teromol belakang dan pelek depan-belakang punya TS125. Cakram depan pakai variasi 320 mm dan kaliper standar," tutup Yayang.
PENGGANTI TS? |
Menurut Yayang, legenda TS125 akan digantikan Thunder 125. Tak cuma itu, ia juga percaya desain enduro yang digarapnya bakal menjadi mewabah dan bersaing ketat dengan streetfighter atau sport. Desain ini cocok baik on maupun off-road. |
Sumber : Motor Plus Online
Sama seperti Ibu atau Pak Guru bilang ketika kita duduk di bangku Sekolah Dasar. Katanya kalau dua kutub magnet yang sama, tidak akan tarik menarik. Malah bakal tolak menolak. Lain halnya jika yang satu lagi dari kutub berbeda. Baru deh bersatu.
Konsep begitu itu yang dipakai Johny Lipurnomo, sebagai bahan kala mengubah tampilan Suzuki Spin 125 miliknya. “Tampilan standar, berubah jadi sosok skubek modern dan futuristik,” ujar pemilik gerai variasi Custom World di Jl. Sumagung III, Blok E3, No. 1, Kelapa Gading, Jakarta Utara.
Itu karena modifikator senior berusia 42 tahun ini, mengusung konsep elegan dan sport. Secara logis, antara elegant dengan sport itu bertolak belakang, lho. Namun di tangan dingin Johny, konsep itu bisa disatukan.
Konsep elegan dipancarkan dari pemakaian pelek model full. Dengan desain menutupi bagian tengah pelek, skubek terkesan penuh karisma dan kokoh. “Tampilan ini, juga karena didukung pemakaian cakram lebar bundar ukuran 320 mm,” kata Johny.
Nah, itu pancaran kutub elegannya. Lain lagi dengan kutub sporty yang penuh nuansa kecepatan. Hal ini tercermin dari pengaplikasian cover bodi bermotif karbon. “Bukan sembarang motif, itu corak paling baru. Desain lebih kecil-kecil. Jadi nggak pasaran tuh,” bangga pria berkacamata ini.
Enggak cuma itu! Kesan sporty juga dipancarkan dari desain batok lampu depan. Oleh Johny, batok depan standar diganti milik Suzuki Arashi 125. Hasilnya, selain sporty juga futuristik kan.
Iya sih, tapi kemana lampu utamanya tuh? Yup, itu konsekuensi yang harus dibayar. Karena terbatas waktu buat ikut contezt, jadi nggak sempat mengadakannya. “Tapi dengan begini, malah lebih terlihat futuristik. Lagipula, motor ini juga buat contezt aja kan, bukan untuk harian,” kata pria ramah ini.
Selain lampu, masih ada kesan sport lainnya. Yaitu, pengaplikasian knalpot dobel. Tapi lucunya, meski pakai dua saluran buang, hanya satu knalpot yang dilengkapi silincer. Sedang satunya lagi tidak. Menurut Johny, ide ini diambil dari kuda besi pacuan MotoGP.
Ide muluk. Tapi sayang, ketika contezt modif Suzuki Spin 125 di Bali beberapa waktu lalu, skubek ini hanya menyabet posisi dua di kelas Fashion. Meski begitu, nggak ada salahnya meniru gaya modif yang disodorkan? Apalagi terbukti dua kutub jadi satu?
BUKAN TABUNG SOK |
Ada satu tampilan yang mencuri perhatian. Yaitu, peletakan tabung di tengah dek pengendara. “Oh, itu tabung variasi. Tapi bukan sekadar variasi,” ujar pemilik modifikator penyandang gelar bolt-on ini. |
Data modifikasi | |
Ban depan-belakang | Race Tech 80/80-17 |
Pelek depan | EVO 1,60X17 |
Pelek belakang | EVO 1,85X17 |
Cakram depan | Cyber Woks |
Cakram belakang | Brembo |
Sok depan | WP Suspension |
Sok belakang | WP Suspension |
Batok lampu | Suzuki Arashi 125 |
Pas en nyambung sama MOTOR Plus yang juga getol main mojang alias motor jangkung. Kakak-adik Helmy Kurnia Ramadhan dan Fauzy Kesuma Nugrahamalah sodorkan konsep supermoto.
Berbasis Raider 150 yang kalau di Indonesia pakai nama Satria FU 150 atau F-150. Katanya harus angkat ground clearance untuk memenuhi syarat trail khusus aspal itu. Sebab kalau tinggi masih standar bukan supermoto namanya. Iya, iya...
Warga Komplek Banjar Wijaya, Taman Italy, Cipondoh, Tangerang itu menggandeng Misyanto Pribadi alias Amore. Dia orang bos HRC Loaxan Cheethos dari Jl. H. Mencong, Cileduk, Tangerang.
Untuk mengejar tampilan supermotor, sokbreker depan perlu diganti. Comot bekas limbah Suzuki GSX250. Harus tambah ketinggian batang sokbreker. "Karena panjang sok GSX250 ini berkarakter sport, otomatis lebih pendek," jelas Amore yang mungil itu.
Hitung-hitung harus ditambah sekitar 20 cm biar ketinggan bagian depan sesuai keinginan. "Harus bikin ganjalan dari besi supaya sesuai diameter sok. Ujung bawah besi pengganjal dibikin seperti ulir baut hingga bisa sekaligus jadi tutup oli atas sokbreker," kata lelaki yang juga tracker tapi gaya doang.
Paling berani saat harus atur ulang ketinggian rangka belakang. Sudut sambungan rangka tengah dirombak. Diangkat lebih tinggi. Pengerjaan ini harus berhati-hati. Sebelum memotong sambungan bodi tengan-bawah, mesti tentukan sejauh mana rangka digeser.
"Triknya, gunakan besi penguat rangka atas sebagai patokan. Batang penguat ini jadi bantuan saat kita akan menggeser posisi rangka belakang," tunjuk modifikator yang banyak rombak CB100.
Keuntungannya mengangkat bodi belakang tidak perlu potong ujung belakang rangka. "Hanya perlu bikin breket untuk sepatbor," tutup Amore yang katanya pengin bikin drag bike trail.
Berani gitu.
Lengan Ayun Anti Meleyot |
Selain bikin penguat di rangka tengah rangka, Amore juga pasang besi |
Knalpot Jadi Perhatian |
|
DATA MODIFIKASI | |
Ban depan | Dunlop 2,15X17 |
Ban belakang | Dunlop 2,15X18 |
Lampu belakang | Honda Grand |
Bodi set | Handmade By Amore |
Sepatbor depan | Suzuki TS125 |